Rabu, 19 Agustus 2015

Hi for you, D.

I say "hi" for you..

Hai, ini cerita tentang seorang kamu..
Baru ku sadari, sejak awal bertemu, aku tak pernah memandang ke dalam matamu. Yang ku tau, kamu adalah tanda tanya. sejak awal bertemu, aku sekedar ingin tau tentang dirimu. Sekedar. Sekedar saja..

Bertemu, dan bertemu, bertemu lagi, lagi, dan lagi, dan bertemu lagi. Tanda tanya berubah jadi tanda koma, dan akhirnya berubah dengan tanda titik, Dan di suatu pertemuan yang tak sengaja istilahnya di bumi, yang sudah pasti disengaja oleh Tuhan, entah.. sesuatu dimulai dari malam itu. Setelah pertemuan itu, setelah matamu bertemu mataku, sesuatu abu - abu terbaca dengan kabur olehku. Bayangkan, sudah abu - abu, kabur juga, betapa terusiknya aku. Aku seakan tau perasaan Lenka ketika menyanyikan lagunya, I can't forget you when you're gone, you like a song that's goes around in my head.. setelah malam itu.

Setelah malam itu ada keinginan lebih dari sekedar tanda tanya, koma, maupun titik. Aku merasa kamu pun juga. Jadi aku biarkan kamu menambahkan paragraf baru setelah titik. hari demi hari, paragraf demi paragraf, mulai bertambah tanda seru! hal - hal seru terjadi begitu saja. bertambah dengan tanda petik, yang membawa emosiku tersampaikan secara langsung ke kamu, begitu juga sebaliknya. Semakin jauh paragrafku dipenuhi dengan seluruh simbol dalam keyboard. Ada plus minus, kurung buka tutup rahasia, ada bintang - bintang.. bahkan warna. warna biru. Warna huruf dalam paragraf ku yang terlalu cerah dengan kuning, kamu padukan dengan biru yang teduh. And I feel better..

Nyaman. Satu kata yang menggambarkan kamu. Nyaman sekali menuliskan hari - hariku dengan aku menjadi penulis dan kamu pembacanya. terkadang paragrafku terpengaruh oleh cerita darimu, kau tau? Kadang aku menghapus sesuatu untuk menambahkan ceritamu ke paragrafku. Sampai suatu ketika kamu sampaikan padaku ingin menulis disini, diparagrafku. Deg! ini paragrafku, aku yang menentukan pilihan apa yang akan ku tulis disini. Entah kenapa aku marah sekali padamu waktu itu. Aku ingin kamu tetap jadi pembaca paragrafku sendiri, dan aku membaca paragrafmu sendiri. Seperti penulis yang bertukar blog, saling bertukar cerita. bukan bertukar ID dan password blog sehingga bisa mengutak - atik isinya!

Maaf.. itu yang kamu ucapkan. maaf.. maaf.. maaf.. berulang kali. Hei, siapa aku hingga kamu mau berulang kali mengucapkannya? entah apa pula yang harus dimaafkan, toh kamu belum melakukannya. menulis sesuatu di paragrafku. Tapi aku lebih butuh hal lain saat itu daripada permintaan maaf, hal lain yang.. entah.. Nothin' lost, just missin'.. Seketika tersadar sesuatu, lebih tepatnya tidak ingin sadar akan sesuatu..

Hari dimana aku berjanji pada Tuhan sudah dekat. Tapi sesuatu tetap mengusik diriku, semakin dekat semakin terusik. Rasanya ingin marahhh.. tapi yang ku lakukan hanya menangis. Benarkah ini? Salahkah? Mengapa? Aku bisa bertanya pada siapa lagi kalau bukan pada Tuhan ku yang merencanakan ini, yang mengizinkan hal ini terjadi padaku..

Aku seakan sedang diatas perahu kecilku di tengah samudera yang luas, terombang - ambing oleh ombak dan hujan badai. perahuku oleng ke kanan dan kiri, sesekali hampir terbalik. Aku berusaha berpegangan pada kayu perahuku, aku yakin ini kuat menahanku. Dan dari kejauhan terlihat perahu yang besar, yang besar sekali sehingga bisa menampung banyak orang pastinya, karena ukurannya yang besar, ombak dan badai seakan tak bisa membalikkannya. Pasti sangatlah nyaman dan hangat berada disana. Semakin dekat dan ada yang melambaikan tangannya padaku, ingin menolongku mungkin, membawaku pindah ke perahunya yang besar, kosong, dan nyaman. Tapi ku lihat ke depan tujuanku sudah dekat. Perlukah aku berpindah ke perahu besar itu? "Kamu ga perlu pindah perahu, tujuanmu sudah dekat, dan perahu inilah milikmu..", "Lihat perahumu sudah rusak karena badai, kamu akan tenggelam. Untuk sampai sana kamu masih harus berenang." Aaaarrgghhhh!!! Diriku seakan jadi dua. Navtasha.. ada dua.

Masih berpikir keras, masih berpegang erat pada perahuku, kamu semakin dekat, iya kamu yang berperahu besar dan nyaman, mengulurkan tangan padaku, meraihnya, meraih tanganku, hangat sekali rasanya sehingga ku genggam dengan erat. Tapi aku tak bergeming, diriku tetap berdiri limbung di perahu kecil ini. Gemetar karena dingin, atau bahkan karena kehangatan tanganmu yang membuat diriku seperti tersambar petir seketika. atau karena matamu yang memandangku, seakan terbit bersama matahari hingga melelehkan sesuatu didalam diriku yang seperti es. Lama sekali aku menggenggam tanganmu dengan menutup mataku. Dengan tetap berdiri di perahuku. Dengan perasaan yang lebih berkecamuk dari badai ini. Dan ketika ku beranikan diri membuka mata, aku tetap tak bisa bicara, bahkan bergerak, mungkin bernafas. Kamu masih memandangku, dari mata itu aku mengartikannya "aku mengerti.."

Badai berhenti, ombak mulai tenang, dan benar saja, matahari terlihat terbit dari balik kepalamu. cahayanya terbiaskan dari rambutmu, menarik sekali sehingga selalu ingin ku sentuh. Aku dan kamu hanya tersenyum dengan mata saling memandang, nanar.. Angin berhembus lembut, Awan putih tipis menaungi, aroma segar lautan mengisi paru - paru, birunya samudera begitu menyejukkan mata, begitu indah.. Begitu indah ketika kamu mengantar ke tujuanku dengan berdiri masing - masing di perahuku dan perahumu. Hingga perlahan kamu melepaskan tanganku, dan perahu kecilku berhasil singgah dengan perlahan ke pulau ini, ke tempat ku melanjutkan hidupku..

Terima kasih wahai kamu, terima kasih telah menjadi pembaca paragrafku, telah menambahkan simbol dan warna di dalamnya, telah menggenggam tanganku, telah menjadi rintanganku sekaligus pembimbing untuk mencapai tujuanku. Aku bersyukur bahwa Tuhan mengirimkan kamu beserta perahu mu yang bertuliskan sesuatu berwarna biru, Dimytree..

Ini hanya ucapan hi for you, yang bahkan masih ada disini, di kehidupanku yang baru :)


By,
Navtasha

Senin, 04 Maret 2013

Tutup


Tau, ketika yang tak mau ku tau
Menyerahkan hati pada seorang kamu
Peduli, Di saat tak ingin ku terlibat
Tak ingin ku terikat

Berlari, tersadar terlanjur ku terjebak
Takut ku pada luka lama kan terkuak
Sakit, niat tulusku tak di indahkan
Sedih ku tak kamu pedulikan

Kenapa? Hatiku di hunus pedang
Memang banyak cara ku untuk sayang
Miliki, apa bisa membuat ini selamanya?
Malah datang pergi seperti yang lainnya

Janji, ucapkan pada ku sendiri
Tidak membuka diri jika ku masih begini
Doa, untukmu selalu dijaga, setiap ku bersujud
Meski kamu tak peduli tuk niat ku mewujud

.. Aku, masih tutup.

Rabu, 26 September 2012

Who am I to you, or who are you to me?

Chely. panggilan itu masih melekat bahkan setelah aku sudah tidak 17 tahun lagi. Bukan panggilan yang buruk. Tapi identik dengan gadis kecil membawa coklat ditangan kanan dan boneka Mickey di kirinya.

"Happy New Years 2012.. saya berharap tahun ini akan banyak doa dan harapan Chely yang dikabulkan Allah. Amin.. saya tidak minta Chel yang seperti apa.. saya minta Chel seperti yang saya kenal dan tau. Chely yang selama empat setengah bulan ini menghiasi hari-hari saya.."
dengan perlahan aku membaca pesan darimu, dengan membayangkan dewasanya bahasamu yang sedang menghadapiku.

Aku merasa sangat kecil bagimu, dan kau melindungiku, sangat nyaman dan aman. Aku ingin terus seperti ini. Aku ingin ada seseorang sepertimu, yaitu dirimu, yang selalu ada di sisiku. Entah sebagai apa. Aku merasa kamu menginginkanku, entah sebagai apa pula. Benarkah? pertanyaan mudah yang aku dan kamu tidak akan pernah bisa menjawabnya.